Wednesday, February 13, 2008

Mister Steer, Jempol Kakiku Juga Tau

ANALISA KWIK KIAN GIE

Mister Steer, Jempol Kakiku Juga Tau



PADA tanggal 24 Januari 2006, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Jakarta Andrew Steer memberikan ceramah dalam sebuah seminar dengan tema: “Indonesian Economic Outlook–Challenges and Opportunities 2006”.

Saya membayangkan Bung Karno masih Presiden RI, memimpin sidang kabinet, dan mengundang Andrew Steer dari Bank Dunia yang sangat prestisius dan sangat dihormati itu untuk memberikan paparan dengan judul yang sama seperti yang tercantum di atas dalam sidang kabinet tersebut.

Dalam memimpin sidang kabinet Bung Karno seringkali tidak memakai sepatu dan juga tidak memakai kaos kaki, hanya sandal saja. Kebanyakan orang, termasuk para menteri biasanya hanya dapat mengemukakan apa yang perlu dan hendaknya dicapai atau what to achieve. Bung Karno biasanya langsung bertanya: Apa yang Anda kemukakan tentang what to achieve sudah baik, tetapi tidak ada yang istimewa, karena semua orang menghendakinya. Yang ingin saya dengarkan ialah bagaimana caranya yang eksak dan konkret dalam bentuk langkah-langkah atau steps atau plan of actions untuk mewujudkan atau how to achieve-nya.

Kalau sang menteri tidak dapat memberikan jawabannya, Bung Karno lalu mengangkat kakinya ke atas meja. Beliau menunjuk pada jempol kakinya dan mengatakan: “Kalau cuma begitu, dan weet mijn grote teen ook.” Grote teen itu kata-kata Belanda yang artinya jari jempol kaki. Terjemahan dari seluruh kalimatnya ialah: “Jempol kaki saya juga tau.”

Apa yang dikatakan oleh Andrew Steer, kok saya sampai kebayang Bung Karno dengan jari jempol kakinya? Mari kita telusuri.

Steer menganjurkan supaya pemerintah mengubah motor pertumbuhan dari konsumsi ke investasi, karena pertumbuhan yang didorong oleh konsumsi kurang sehat dibandingkan dengan oleh investasi. Maka lebih baik tumbuh 5% oleh investasi ketimbang 6% oleh konsumsi. Itu semua ada di buku teks. Maka kalau hanya itu, dat weet mijn grote teen ook. Dan kalau Anda mempelajari angka-angka sebelum kenaikan harga BBM yang sama sekali tidak masuk akal, sudah terlihat digesernya peran konsumsi oleh investasi. Ini adalah angka-angkanya. Mulai tahun 2003 peran konsumsi dalam pertumbuhan ekonomi menurun, yaitu di tahun 2003: 67,1%, tahun 2004: 66,5% dan Triwulan III 2005: 62,8%. Peran investasi meningkat, yaitu tahun 2003: 18,9%, tahun 2004: 21% dan Triwulan III 2005: 21,2%.

Trend-nya kan sudah OK? Mengapa Anda sekarang mengatakan demikian? Apakah Anda takut karena kenaikan harga BBM itu, trend-nya akan berbalik? Yang menyuruh para pemimpin saya yang bermental inlander untuk menaikkan harga BBM kan Anda juga? Terus mengenai ladasan teori, kalau penggunaan kapasitas produksi anjlok, kita boleh senang masih ada konsumsi yang membuat alat-alat produksi itu bekerja! Kok ngomel tentang perbuatanmu sendiri? Lantas tentang investasi, memang bagus, tetapi bagaimana mendatangkannya? Yang eksak dan konkret dong, jangan ouwehoeren in de ruimte (asal bunyi atau asbun).

Steer mengatakan lagi supaya pemerintah jangan menggunakan uangnya untuk belanja publik, tidak untuk yang mendorong konsumsi. Kan APBN tahun 2006 sudah menjadi undang-undang? Bagaimana mengubahnya? Dan bagaimana pula mengubah gaji PNS, TNI/POLRI menjadi anggaran pembangunan infra struktur? Emangnya PNS, TNI/POLRI itu disuruh makan batu? Steer, kalau hanya begitu saja omongamu, dan weet mijn grote teen ook.

Dikatakan oleh Steer bahwa Rp 10 triliun sampai Rp 15 triliun sisa anggaran tahun 2005 akan dibelanjakan pada awal tahun 2006 (front loading) supaya punya dampak pemompaan daya beli yang mantap dan bisa menggerakkan sektor riil. Mengapa ada sisa anggaran tahun 2005? Karena aparat pemerintah tidak mampu menyerapnya. Mengapa pada awal tahun 2006 itu diasumsikan menjadi mampu ? Karena menteri-menteri ekonominya kroni Anda? Boleh saja, tetapi aparat di bawah kroni Anda kan sama saja tidak mampunya?

Jadi walaupun kroni Anda, mereka kan bukan malaikat, sehingga para menteri itu bisa sendirian tanpa aparat di bawahnya? Aduh Steer, kalau asal bunyi gitu dan kan mijn grote teen ook.

Steer mengatakan bahwa dengan front loading sektor riil akan tetap bergerak dan lapangan kerja tercipta. Sebagai akhli dari Bank Dunia mestinya bicaranya dengan lAndasan hitung-hitungan. Bagaimana hubungan antara Rp 10 triliun sampai Rp 15 triliun dengan bergeraknya sektor riil, berapa koefisennya, dan kalau ada pertumbuhan sektor riil, berapa employment elasticity-nya, kok sampai bisa mengurangi pengangguran, dan berapa yang akan terserap? Selama periode 1999 – 2004 tambahan employment rata-rata 1% setahun, sedangkan pertumbuhan ekonominya rata-rata 4,5%. Jadi employment elasticity-nya hanya 0,24. Kalau Steer ngomongnya seperti yang tersebut di atas tadi, dan kan mijn grote teen ook!

Steer mengatakan selama ini kerja tim ekonomi sudah cukup baik. Pemerintah, katanya, memiliki cukup banyak anggaran untuk dibelanjakan. Lho, tengoklah APBN 2006. Buat membayar cicilan utang pokok dan bunganya sudah sebesar Rp 130 triliun. Pemerintah memang punya uang sedikit, tapi dari utang baru yang akan lebih membebani luar biasa di masa mendatang. Kalau begini-begini saja cara berpikirnya, dan weet mijn grote teen ook!

Steer mengatakan pemerintah Indonesia belum bisa mengoptimalkan satu potensi utama dalam pertumbuhan ekonomi sehat, yakni pengeluaran efisien dan efektif untuk kepentingan jangka panjang. Lho, mereka ini semuanya kan kroni-kroninya Bank Dunia yang nurut mutlak apa saja yang diperintahkannya. Belum lagi KKN yang sudah merasuk ke dalam tulang sumsum. Kok sekarang dikata-katain seperti itu? Kalau cuma begitu, dan kan mijn grote teen ook!

Steer mengatakan “Pemerintah Indonesia seharusnya meningkatkan investasi dan membersihkan pengeluaran negara dari praktek korupsi”. Iya, siapa yang tidak mau itu, tapi bagaimana caranya? How to achieve that Mr. Steer? Kalau cuma what to achieve saja, dan weet mijn grote teen ook!

Terkait dengan kondisi perekonomian global, Steer memperkirakan nilai tukar rupiah akan terus menguat pada 2006, seiring banyaknya investasi internasional yang cenderung mencari bid (penawaran) dalam bentuk mata uang non dollar AS.” Lho kalau begitu, namanya bukan nilai mata uang rupiah menguat, tapi nilai mata uang dollar AS melemah. Kok dibalik-balik. Kalau cuma seperti itu ngecapnya, dan kan mijn grote teen ook!

Steer mengatakan bahwa yang dihadapi Indonesia adalah masalah good governance yang masih rendah. Tidak usah dia, kebo juga tau itu, apalagi mijn grote teen!

http://www.myrmnews.com/indexframe.php?url=situsberita/index.php?pilih=lihat2&id=67

No comments: