Wednesday, February 13, 2008

Logika Utang Jongkok


KWIK KIAN GIE
Logika Utang Jongkok

MINGGU yang lalu media massa dipenuhi oleh pernyataan dan penjelasan dari Gubernur Bank Indonesia (BI) yang penuh keraguan tentang kapan utang kepada IMF dikembalikan dan dengan cara yang bagaimana? Apakah sekaligus, dicicil dua kali atau tiga kali?

Buat saya dan banyak orang lain sangat-sangat mengherankan bahwa sampai saat ini masih belum ada keputusan tentang hal ini. Begitu hubungan dengan IMF dalam bentuk Extended Fund Facility berakhir di tahun 2003, saya dengan beberapa kawan bersuara sangat keras dan berulang-ulang supaya saldo utang kepada IMF yang ketika itu sebesar US$ 9 miliar dikembalikan segera.

Para kroni kartel IMF segera saja juga secara bertubi-tubi menyuarakan dengan keras bahw pikiran mengembalikan utang tersebut sangat keliru dan sangat berbahaya. Presidennya yang mempunyai kekuasaan tertinggi tidak mengerti apa-apa tentang ekonomi. Jadi yang diturut ya para menterinya yang mempunyai backing dari kartel IMF.

Yang sangat menyedihkan dan kasihan terhadap bangsa ini yalah logika yang demikian sederhananya tidak dimiliki. Mengapa kami berteriak supaya utang kepada IMFsegera dikembalikan semuanya? Karena utang kepada IMF itu tidak boleh dipakai sebelum cadangan devisa milik kita sndiri habis. Pada akhir tahun 2003 cadangan devisa milik Indonesia sendiri sebesar US$ 25 miliar dan utang kepada IMF sebesar US$ 9 miliar. Yang US$ 9 miliar ini tidak boleh disentuh sebelum yang US$ 25 miliar terpakai habis. Maka utang dari IMF yang US$ 9 miliar itu baru relevan kalau pemerintah Indonesia dapat mengumumkan kepada masyarakat dunia bahwa cadangan devisa milik Indonesia yang US$ 25 milyuar itu habis total. Tetapi untunglah masih ada utang dari IMF sebesar US$ 9 miliar yang sekarang bisa dipakai.

Sekarang bantahannya dari para kroni kartel IMF. Mereka mengatakan bahwa kalau utang dari IMF yang US$ 9 miliar dibayar, kita harus mengumumkan kepada masyarakat dunia bahwa cadangan devisa Indonesia merosot dari US$ 34 miliar menjadi US$ 25 miliar. Pengumumnan seperti ini akan mengguncangkan kepercayaan masyarakat dunia terhadap Indonesia.

Jadi ada dua pilihan. Yang pertama mengumumkan bahwa cadangan devisa kita turun dari Rp. 34 miliar menjadi US$ 25 miliar karena dalam jumlah US$ 34 miliar itu terdapat utang dari IMF sebesar US$ 9 miliar yang tidak boleh dipakai sebelum cadagnagn miliknya sendiri yang US$ 25 miliar habis total.

Saya menarik kesimpulan dari pernyataan ini bahwa utang dari IMF yang US$ 9 miliar itu hanya relevan ketika kita harus mengatakan bahwa cadangan devisa kita yang US$ 25 miliar habis total, tetapi kita beruntung masih mempunyai cadangan sebesar US$ 9 miliar yang hasil utangan dari IMF. Menurut logika saya, pengumuman seperti ini akan membuat kepercayaan terhadap Indonesia lebih jebol ketimbang pilihan lainnya. Yaitu mengatakan bahwa cadangan devisa kita masih US$ 25 miliar setelah utang dari IMF yang US$ 9 miliar dikembalikan semuanya.

Logika yang segamblang ini tidak dilihat, tidak dimiliki dan tidak dijadikan kebijakan.

Yang membuat kita menangis, sampai detik ini pimpinan BI masih tidak mau melihatnya. Sementara itu bunga harus dibayar terus tanpa ada gunanya sama sekali. Pemandoran atau post program monitoring dijalankan terus.

Herankah kita kalau Indonesia yang sangat kaya raya sumber daya alam ini akhirnya menjadi negara miskin yang hina dina, dengan utang yang menumpuk, dengan pengangguran dan kemiskinan yang luar biasa, dengan kerusakan infra struktur yang hebat dan sebagainya? Logika yang sangat jongkok ini tidak diterapkan pada kebijakan utang dari IMF saja, tetapi pada sangat banyak hal lainnya. Maka tinggal modar sajalah bangsa ini.
http://www.myrmnews.com/indexframe.php?url=situsberita/index.php?pilih=lihat2&id=81

No comments: