Wednesday, February 13, 2008

Mimpi Republik Banana


ANALISA KWIK KIAN GIE

Mimpi Republik Banana



AKU bermimpi menjadi penduduk dari negara kepulauan yang alamnya indah, iklimnya nyaman dan kaya mineral. Kehidupan rakyatnya sangat santai. Namanya Republik Banana. Dalam mimpi itu, aku mendengarkan percakapan dua orang elit Republik Banana, yang satu namanya Djadjang (Dj) dan lainnya Mamad (M).

Dj : Mad, kamu itu tidak setuju BUMN dijual kepada swasta, terutama kalau kepada asing. Kamu tidak terlampau getol terhadap investor asing walaupun tidak menentang. Kamu tidak suka bila ahli yang kita sewa semuanya orang asing. Kamu itu wawasan berpikirnya hanya sepanjang hidungmu saja. Otakmu perlu diperiksa oleh Clifford Geerts. Sekarang ini sudah zaman globalisasi. Batas-batas negara sudah tidak ada lagi. Mana bisa kita menyelenggarakan pemilu kalau tidak diampingi NDI, Bill Liddle beserta Ohio boys-nya? Itupun akhirnya para teknisi anggota KPU-nya pada korup!

M : Gini lho Djang, aku kan punya keluarga yang hidup dalam satu rumah yang disebut rumah tangga. Aku punya dua orang anak. Kan sangat normal kalau aku mati-matian mementingkan kesejahteraan keluargaku tanpa merugikan orang lain. Kalau aku mencintai isteri dan anak-anakku tidak berarti aku memusuhi semua orang yang ada di luar rumah tanggaku.

Dj : Justru itu, kalau semua urusan republik kita ini harus dipegang oleh bangsa kita sendiri, engkau tau sendiri kita ini korupnya nggak kira-kira, malasnya nggak kira-kira dan terus terang saja, dalam pengetahuan, kecakapan, ketrampilan atau skill kita kalah semua. Pokoknya kita tidak mampulah. Kalau engkau pake otak, kan lebih baik diserahkan kepada orang yang lebih mampu?

M : O gitu ya Djang? Aku memang sedang dihadapkan pada masalah yang pelik. Isteriku agak nakal, anakku yang satu kena narkoba dan yang lain berjudi. Aku harus mengakui bahwa aku tidak mampu mengurus keluargaku sebagai kepala rumah tangga. Apa lebih baik aku mengundang orang lain yang menjadi kepala rumah tanggaku, asal aku diberi kehidupan yang layak?

Dj : Ya, pasti banyak yang mau. Ada kenal orang asing yang jauh lebih hebat dari kamu dan pasti mau, karena isterimu cukup cantik. Membebaskan anak-anakmu dari narkoba dan perjudian pasti lebih berhasil di tangannya ketimbang di tanganmu. Pokoknya engkau pasrahkan bongkokan sajalah. Engkau sendiri minta yang kau rasa sudah enak buat orang yang sudah mengakui tidak mampu ngurus keluargamu sendiri.

M : Apa itu konkretnya?

Dj : Begini, engkau minta diberi satu kamar seperti in de kost. Namun enaknya sebagai anak kos-kosan kamu tidak membayar, malahan dibayari oleh si asing yang menggantikan fungsimu sebagai kepala rumah tangga itu.

M : Aku mulai ngerti sekarang Djang. Maksudmu isteri dan kedua anakku, tanah dan rumahku, relasiku dan semua yang aku miliki sebagai modal dasar ini sebenarnya bisa memberi kemakmuran yang jauh lebih besar kalau bukan aku yang mengurus. Sebaliknya kalau aku bersikukuh tetap berfungsi sebagai kepala rumah tangga, jadinya ya berantakan begini.

Dj : Ya, mulai pinter engkau sekarang Djang. Maka tinggal ditarik satu garis lagi. Jangan hanya berpikir sepanjang hidungmu. Yaitu, tawarkan kepada siapa saja yang kamu yakini lebih mampu menggantikan fungsimu. Engkau tetap di rumahmu. Tidak perlu bekerja, tidak perlu berpikir. Baju cukup, makan cukup, obat-obatan cukup. Mau apa lagi Djang?

M : Jadi aku lebih baik jadi tamu di rumahku sendiri? Yang penting kan cukup kenyang, cukup sehat, pakaian utuh, tidak compang-camping. Aku nonton saja, isteri dan kedua anakku hidup berbahagia dengan kepala rumah tangga yang baru. Untuk orang luar aku masih Presiden di dalam rumah yang aku bangun, dianggap mengerti dunia dan memenuhi panggilan zaman. Cihui, terima kasih Djang, kau memang brilian.
http://www.myrmnews.com/indexframe.php?url=situsberita/index.php?pilih=lihat2&id=77

No comments: