ANALISA KWIK KIAN GIE
Memang Sudah Lama Bangsa Ini Tak Mandiri
Memang Sudah Lama Bangsa Ini Tak Mandiri
BANYAK orang mempunyai perasaan sudah sejak lama bangsa Indonesia tidak mandiri dalam menentukan kebijakannya sendiri, dan ketidak mandiriannya ini sudah mengakibatkan kerugian dan kerusakan besar. Perasaan seperti ini yang disuarakan tidak perlu disikapi dengan rasa tidak senang dan defensif.
Sinyalemen tersebut tidak mungkin dirinci secara eksak, konkret sambil menunjuk hidung siapa yang salah. Prosesnya sangat panjang. Maka yang salah kita semua, mengapa tidak dapat menghentikannya tepat pada waktunya. Sekarangpun masih belum terlambat kalau kita memang mau meraih kemandirian.
Namun ada faktor paling fundamental yang harus kita sepakati terlebih dahulu, yaitu apakah ada kesamaan keyakinan bahwa kita memang tidak mandiri? Cukup banyak elit bangsa yang berpengaruh berpendapat bahwa kita sangat mandiri.
Kalaupun ada kesan ikut campurnya negara-negara asing dan lembaga-lembaga internasional sangat jauh dan mendalam, itu memang kita kehendaki.
Tidak jarang kita mendengar bahwa bangsa kita memang tidak atau kurang mampu dibandingkan dengan investor asing atau lembaga internasional seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan Dana Moneter Internasional dalam bidang manajemen dan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan.
Juga tidak sedikit yang merasa bahwa bangsa kita memang selalu korupsi, sehingga tidak ada BUMN yang sehat, yang meraih laba.
Maka sebaiknya diprivatisasi, terutama kepada asing, karena dampaknya luar biasa, yaitu langsung saja semuanya tampak sangat rapi, disiplin keras dan langsung berbalik (turned around) dari rugi besar menjadi laba.
Yang paling akhir dan paling jelas ialah argumentasi yang pro memberikan kepemimpinan dan eksploitasi Blok Cepu kepada ExxonMobil sampai tahun 2030. Inti dari semua argumentasi ialah dengan terang-terangan mengatakan bangsa kita memang tidak mampu.
Tidak mampu atau tidak mandiri ? Kalau ada bangsa yang setelah 60 tahun merdeka hanya mengeksploitasi 8 persen saja dari minyaknya sendiri, sebabnya karena tidak mampu atau tidak mandiri?
Sebaliknya ada pendapat bahwa taruhan bangsa Indonesia yang sudah 60 tahun lamanya merdeka bukan bisa mengurus diri sendiri sepenuhnya atau menyerahkan kepada bangsa asing, tetapi taruhannya adalah bisa mengurus bangsa sendiri atau musnah.
Inilah yang sudah sangat sering dikemukakan oleh para pendiri bngsa. Yang paling jelas ialah pembelaan Bung Hatta di depan pengadilan Den Haag pada tahun 1928.
Tanpa mau menangnya sendiri, buat saya bangsa kita sudah lama tidak mandiri dan ketidakmandiriannya itu sudah sangat merusak dan merugikan rakyat banyak. Karena tidak ingin mau menangnya sendiri itulah rincian dan uraiannya dituangkan dalam bentuk pertanyaan retorik sebagai berikut.
Siapa yang menggrojok utang luar negeri? Siapa yang mengajarkan bahwa utang harus disebut “pemasukan pembangunan” sehingga anggaran negara yang jelas defisit disebut “berimbang”? Bukankah ini mengandung maksud mengelabuhi dan penyesatan untuk menghisap bangsa kita?
Siapa yang selama seluruh era Orde Baru meyuruh pemerintah Indonesia menganggap taboe utang dari rakyatnya sendiri dalam bentuk penerbitan surat utang negara atau obligasi pemerintah? Siapa yang selama Orde Baru sampai sekarang membiarkan dunia perbankan diliberalisasi sampai tingkat yang semutlak itu, sambil membiarkan supervisi oleh pemerintah begitu lemahnya?
Siapa yang membiarkan pemilik bank terang-terangan melanggar Undang-Undang Perbankan dengan cara secara serampangan memakai uang yang dipercayakan oleh masyarakat sampai kreditnya macet dalam jumlah yang tidak dapat dibayangkan? Siapa yang menyuruh pemerintah menginjeksi bank-bank yang sudah sangat rusak dengan surat utang negara sampai jumlah Rp 430 triliun dengan kewajiban membayar bunga minimal Rp 600 triliun?
Siapa yang kemudian menyuruh pemerintah menjual bank-bank dengan tagihan kepada pemerintah dengan jumlah yang demikian besarnya itu kepada swasta, terutama swasta asing?
Pertanyaannya, apakah karena pemerintah dan DPR kita tidak tau masalah, ataukah karena mereka tidak mandiri? Terserah pembaca menilainya.
http://www.myrmnews.com/indexframe.php?url=situsberita/index.php?pilih=lihat2&id=75
No comments:
Post a Comment