Mungkin aku sedikit sangat beruntung, merasakan bersekolah di SD Negeri Inpres penggalangan, kecamatan sei rampah -kabupaten Deli Serdang. itulah alamatnya sebelum memisahkan diri membentuk kabupaten baru.
Alamat Sekolahku tentu ikut berubah menjadi, SD negeri Inpres Penggalangan, kecamatan sei bamban, kabupaten Serdang Bedagai, SUMUT, INDONESIA.
(Jadi inget waktu cerdas tangkas... ^=^ )
Nemukan kesederhanaan dari teman-teman yang kebayakan anak petani, bahkan ada yang hanya jadi pekerja upahan bagi yang memiliki sawah, dengan upah seadanya tentunya.
Tidak jarang menemukan kostum seragam yang sudah bukan warna putih lagi, warnanya cenderung kecoklatan karena dipakai terus tanpa ganti dan dicuci pakai air berwarna susu coklat, yang sekaligus mengairi sawah, dan celana merah yang sudah berubah agak kehitaman.
Disekolah ini juga aku nemukan komentar teman anehku yang menemukan rahasia rambut hitam lurus dan lebat katanya. Dengan olesan minyak JELANTA(minyak sisa menggoreng) dari neneknya, rambutnya jadi hitam, tebal dan lurus katanya. Padahal waktu itu model kepalanya lebih pendek dari rambut tentara, jadi dak tau lurus apa tidak rambutnya, yang jelas berdiri, itulah yang kulihat.
Sampai aku kelas 4 SD aku juga masih nemukan teman-teman bersekolah tanpa alas kaki walau hanya beberapa orang. Memasuki kelas 5 aku masih juga nemukan siswi yang belum bisa membaca, padahal sudah 3 kali tinggal kelas, artinya ketika berumur 10 tahun aku kelas 5 dia sudah berumur 13. Yang lebih mengejutkan sepulang liburan SMP dari Medan, waktu maen dengan teman-teman SD, aku nemukan teman siswi yang belum bisa baca itu udah punya satu anak. Busyet.
Namanya SD negeri, para guru yang terhormat bisa masuk atau tidak, gajinya tetap aja jalan lancar. Seorang guru agama yang hanyak masuk 2 atau 3 kali dalam 6 bulan adalah hal yang biasa, nyaris tak belajar agama dari kelas 1 sampai tamat SD.
Kok bisa, setelah dewasa baru ngerti, sang Ibu guru ternyata cuti hamil yang kepanjang -an dan tiap taun pula melahirkan. praktis ngajarnya hanya 1 atau 2 atau 3 kali persemester. Jadi sangat wajarlah kalau sampai kelas 5, masih ada temen siswi yang belum bisa baca.
Untung masih ada Pak Wiyanto, dan Pak Dalimunthe yang masih tetap setia berangakat mengajar dengan sepeda antiknya, hmm... profil teladan waktu itu. Rasanya selama bersekolah aku belum pernah melihat mereka absen untuk mengajar, malahan para murid yang bergiliran untuk absen. absen 1 atau 2 hari sih masih lumayan, absen minimal 2 minggu, bahkan ada juga yang sampai sebulan. Jadi tidak jarang nemukan murid baru dengan muka seperti baru lihat di sekolahku, padahal bukan, hanya karena saking lamanya absen sekolah. Dasar... murid sableng.
Dengan kisah-kisah -ku, Nonton Laskar Pelangi menjadi sangat mudah bagiku untuk bisa ikut larut dan bisa ngerti lakon Para "laskar Pelangi" itu. hmm.... menemukan kesederhanaan yang lama aku KUrindukan. Secara keseluruhan film ini cukup bagus, walau ada beberapa adegan yang membuatku mengkerut, masa sih.... bocah seusia sebegitu bisa ngitung begitunya, ahh.... namanya juga film, ya... biar BEGITUUUUUUU. Tapi poster yang dibeselahnya Kutunggu Jandamu, Cuih......!!!!.
Tuesday, October 28, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment